A. Pendahuluan
Kata propaganda adalah penyebaran terbatas
informasi atau kredo. Secara umum, menurut Dean A. Minix dan Sandra Hawley, propaganda dapat dipahami sebagai penyebaran ide dan informasi untuk tujuan memperkenalkan atau mendorong sebuah perilaku atau aksi tertentu. Menurut Terrence Qualter, propaganda adalah usaha yang disengaja oleh beberapa individu atau kelompok melalui pemakaian instrument komunikasi dengan maksud bahwa pada situasi tertetnu reaksi dari mereka yang dipengaruhi adalah seperti apa yang diinginkan oleh sang propagandis. Sedangkan Kimball Young mengartikan propaganda sebagai penggunaan lambing yang kurang lebih direncanakan dengan sengaja dan sistematis terutama melalui sarana dan tekhnik psikhologis yang berhubugan dnegan maksud mengubah dan mengendalikan pendapat, gagasan, nilai dan akhirnya mengubah tindakan terbuka sepanjang garis yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Kadangkala memang propaganda dianggap sesuatu yang dipahami sebagi sesuatu yang keliru atau bahkan sesuatu yang dilakukan dengan tujuan tertentu yang sifatnya negatif. Sebab, memang tidak jarang mereka yang melakukan propaganda mengurangi fakta dengan tujuan untuk menarik perhatian atau menimbulkan anggapan tertentu. Namun demikian, jika ditilik dari sudut pandang sang propagansis belumlah tentu demikian, sebab masing-masing orang tentu memiliki sudut pandang dan pertimbangan tertentu. Tujuan propaganda dapat disimpulkan untuk mempengaruhi dan mendorong munculnya aksi di antara sasarannya dan dia tertarik untuk mendidik datau bahkan memperbaiki sikap dan perilaku. Propaganda semata-mata hanyalah ditentukan pada dukungan dan pengikut saja.
informasi atau kredo. Secara umum, menurut Dean A. Minix dan Sandra Hawley, propaganda dapat dipahami sebagai penyebaran ide dan informasi untuk tujuan memperkenalkan atau mendorong sebuah perilaku atau aksi tertentu. Menurut Terrence Qualter, propaganda adalah usaha yang disengaja oleh beberapa individu atau kelompok melalui pemakaian instrument komunikasi dengan maksud bahwa pada situasi tertetnu reaksi dari mereka yang dipengaruhi adalah seperti apa yang diinginkan oleh sang propagandis. Sedangkan Kimball Young mengartikan propaganda sebagai penggunaan lambing yang kurang lebih direncanakan dengan sengaja dan sistematis terutama melalui sarana dan tekhnik psikhologis yang berhubugan dnegan maksud mengubah dan mengendalikan pendapat, gagasan, nilai dan akhirnya mengubah tindakan terbuka sepanjang garis yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Kadangkala memang propaganda dianggap sesuatu yang dipahami sebagi sesuatu yang keliru atau bahkan sesuatu yang dilakukan dengan tujuan tertentu yang sifatnya negatif. Sebab, memang tidak jarang mereka yang melakukan propaganda mengurangi fakta dengan tujuan untuk menarik perhatian atau menimbulkan anggapan tertentu. Namun demikian, jika ditilik dari sudut pandang sang propagansis belumlah tentu demikian, sebab masing-masing orang tentu memiliki sudut pandang dan pertimbangan tertentu. Tujuan propaganda dapat disimpulkan untuk mempengaruhi dan mendorong munculnya aksi di antara sasarannya dan dia tertarik untuk mendidik datau bahkan memperbaiki sikap dan perilaku. Propaganda semata-mata hanyalah ditentukan pada dukungan dan pengikut saja.
Propaganda dilakukan oleh individu, pelaku bisnis,
organisasi keagamaan, organisasi politik, asosiasi etnis tertentu
atau oleh pemerintah di level manapun. Mereka
mencoba untuk menarik perhatian dan menggiring obyek
propaganda utuk melakukan konservasi hutan, mencegah kebakaran,
penyebaran aids, menghentikan konflik, atau hal lainnya. Tentu saja
dengan dorongan yang rasional maupun emosional baik dengan
mengatasnamakan opini personal atau organisasi. Efisiensi media
komunikasi dengan demikian menjadi fokus utama propaganda.
Pada masa-masa sebelum Perang Dunia I, propaganda
dianggap sebagai suatu hal yang tidak efektif. Tidak seorangpun atau
tidak satu organisasipun (kecuai pemerintah) melihat kegunaan sebuah
propaganda guna mendukung gerakan atau ide mereka. Hal ini terjadi
sebab:
1. Dalam
propaganda hanya elit yang terlibat dalam
politik saja yang dapat
mempergunakan
propaganda.
2. Masih
sangat terbatasnya system tekhnologi dan
komunikasi/informasi.
3. Studi
mengenai psikhologgi manausia belum
begitu menarik perhatian pada
masa-masa itu
sehingga tidak terlalu dianggap sebagai hal yang
penting.
Sejalan dengan meningkatnya keterbukaan dan studi
mengenai psikhologi manusia, maka propaganda mendapatkan tempat yang
cukup penting dalam diplomasi. Bahkan propaganda menjadi salah satu
hal fungsi utama bagi pemerintah dalam menyelenggarakan komunikasi
internasional. Namun demikian, ada hal yang selalu menjadi
perdebatan dalam penyelenggaran propaganda, yaitu kebenaran. Tdak
setiap orang menyetujui jika propaganda didasarkan dengan kebenaran,
sebab yang menjadi tujuan utamanya bukanlah penyampaian fakta
sehingga setiap orang dapat memutuskan persepsinya sendiri megenai
fakta tersebut, tetapi tujuan utama sang propagandis adalah persepsi
obyek propaganda itu sendiri dan perilakunya. Berikut pendapat
beberapa orang ahi dalam kaitan antara propaganda dan kebenaran:
Lord Canning; Propagnda harus didasarkan atas kebenaran dan keadilan. Pendapat ini sesungguhnya tidak selamanya diikuti. Jika
dilihat sebab munculnya perang Perancis dan Prusia semata-mata
diakibatkan oleh sebuah propaganda
yang tidak benar yang dilakukan oleh Otto von Bismark
dengan cara memalsukan telegram yang diterimanya dan disebarluaskan
kepada rakyat dengan tujuan agar kepulangan duta besar Perancis
menyinggung rakyatnya sendiri sehingga mereka dengan mudah dimobilisir
untuk perang.
Quncy Wright; Masalah kebenaran sesungguhnya adalah masalah
keterusterangan dan nilai-nilai baik adalah tidak relevan dengan
propaganda. Tujuan propaganda adalah untuk memperoleh hasil sedangkan
validitas metodenya dinilai dari standar hasil tersebut.
Adolf Hitler; Propaganda harus dilakukan dengan kebohongan besar untuk
menghilangkan kecurigaan. Propaganda harus dapat membangkitkan emosi
melalui fanatisme dan mitos serta hysteria. Nilai propaganda akan
meningkat bersama dengan meningkatnya peranan media masa.
B. Peranan Penting Media Bagi Propaganda
Sejak berakhirnya Perang Dingin yang diiringi oleh
proses demokrasi, memuat peran media dalam diplomasi semakin penting.
Peran media semakin besar ketika karakter diplomasi tidak lagi
tertutup tetapi sudah menjadi konsumsi public yang dapat dikritisi
oleh masyarakt luas. Berkembangnya kemajuan tekhnologi, semakin
memperkuat peran media dalam diplomasi.
1. Media merupakan aktor penting dalam poitik
domestic dan
internasional Montesquie
mengatakan bahwa “Press
is the fourth estate” .
Artinya bahwa peran
pers sangat menentukan
berjalannya system pemerintahan dan negara
selain eksekutif, legislative dan yudikatif. Presiden
Lyndon Johnson
juga pernah mengatakan bahwa
“If I have lost
Walter Kronkite, I have lost the
American middle class. Ungkapan
tersebut
merujuk kepada seorang jurnalis kelas menengah
yang sangat
berharga bagi pembangunan
masyarakat Amerika dan semokrasi secara
keseluruhan.
2. Media
dapat menciptakan citra yang tidak baik
bagi suatu negara Karakter media, dimana berita
yang disampaikan dapat
dibaca, dilihat atau
didengar oleh public, membuat media mempunyai
peran untuk menciptakan citra seseorang atau
negara. Oleh karena itu
media sangat dibutuhkan
untuk membangun kesan atau citra yang positif
bagi suatu negara, apalagi banyak negara yang
dianggap melakukan
pelanggaran hukum
internasional atau HAM. Sebagai contohnya
adalah penurunan dukungan public AS
terhadap
perang Vietnam. Dukungan menurun karena
warga AS melihat
tayangan televisi mengenai
kekejaman perang dan bayaknya korban jiwa
dikedua belah pihak dan anggapan yang
dimunculkan oleh media bahwa
perang tersebut
adalah perang tanpa tujuan yang jelas bagi
kepentingan Amerika sendiri.
3. Media mempengaruhi kebijakan negara dan
lembaga
internasional Media yang selalu
menyoroti tindakan sebuah negara dapat
mendorong diambilnya tindakan oleh negara atau
lembaga internasional
lain. Misalnya embargo.
ekonomi AS terhadap Irak serta kebijakan oil
for
foodnyamendapat kritikan keras masyarakat
internasional karena
berita tersebut selalu dimuat
di media massa dan internet.
Sejarah propaganda (politik) sendiri sesungguhnya sudah
dimulai sejak beberapa tahun sebelum masehi. Di dalam Injil
disebutkan bahwa Sennacherib, Raja Assiria, berusaha menakut-nakuti
Kerajaan Judah agar menyerah dengan mempergunakan usaha-usaha yang
telah disebutnya sebagai propaganda. Pada masa Julius Caesar pun
usaha-usaha dengan propaganda telah dilakukannya yaitu untuk
meningkatkan repusatasi dan kekuasaannya.
Perjalanan propaganda dalam politik internasional pada
awalnya dapat dilihat dalam usaha-usaha yang dilakukan oleh Uni
Soviet dengan mendirikan Radio Moscow pada tahun 1929 yang dengan
cepat mempegunakan berbagai bahasa untuk menyuarakan revolusi.
Diikuti kemudian oleh Benito Mussolini dan Adolf Hitler yang
mempergunakan radio untuk menyebarkan ideology mereka, menghidupkan
mitos-mitos di
seputar rakyat, mencari kambing hitam atas tindakan mereka serta
membentuk persepsi positif tentang diri mereka sendiri. Bagi
keduanya, komunikasi massa tidak hanya berguna untuk mengontro rakyat
tetapi juga dapat dipergunakan untuk menyebarkan ide mereka tanpa
terbatasi oleh jarak bahkan dengan bahasa yang mereka kenal.
Sementara itu di Uni Soviet sendiri juga dibuat
radio-radio seperti Radio Moscow, Radio Peace and Progress dan Radio
Kiev. Radio-radio ini hanya beroperasi di Uni Soviet sendiri dan
beberapa negara non blok. Untuk menahan beroperasinya radio-radio
miik Amerika, maka Uni Soviet dan China tidka hanya menyiarkan
program yang sama tetapi juga mencoba untuk mengacak (jamming)
transmisi radio-radio Amerika, VOA, RFE dan MI. Dilaporkan bahwa
pada tahun 1986, sebanyak 95 % siaran mereka telah diacak oleh Uni
Soviet. Sampai akhir tahun 80-an bahkan Cuba masih suka mengajak
siaran radio Marti atau Televisi Marti, meskipun hal ini sesungguhnya
tidak diperkenankan oleh hukum internasional.
Sesudah Perang Dingin, maka peranan RFE dan VOA banyak
berubah. Mereka menghentika siaran dalam beberapa bahasa asing,
Bahkan Clinton kemudian menyatukan keduanya meski secara fungsinya
mereka berbeda.
D. Proses Pengaruh Propaganda
Holsti mengemukakan bahwa dalam proses pengaruh
propaganda memiliki du model, yaitu:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar